Prajurit belanda terus mengejar kami berdua tanpa henti.
sungguh beda sekali kota bogor tahun 2011 dan tahun aku lupa tanya
tahun berapa ini yang kutahu pokoknya sangat beda sekali.
Dari bangunan yang ada di sekitar stasiun sampai yang ada di
pasar anyar tempat ini benar-benar pasar tradisional aku pun tak percaya masih
banyak banget pohon-pohon dan kebun juga rumput-rumput nan hijau.
Namun sekarang bukan saatnya untuk membahas itu.
Prajurit belanda yang mengejar kami menembakkan peluru dari
senapannya
*dorr dorr dorr
Berkali-kali dia menembak berkali-kali pula meleset. Apa ini
sebuah keberuntungan?
Mungkin.
"Aww.."
Walaupun gak kena tetap saja Tokiko kaget mendengar tembakan
peluru yang keluar dari senapan prajurit tersebut tepat disamping kaki kanannya.
"Kaget yah?" godaku
"E-enggak kok.. udah lari aja.. "
Orang yang aneh, ku kira mukanya akan pucat tapi nyatanya
malah memerah.
"Males ah lari.. tembak aja kakinya!"
*dorr
Lagi-lagi prajurit tersebut menembak kearah kami lalu karena
malas dan aku pun baru ingat kalau aku juga membawa senapan ditangan kanan ku
maka dari itu untuk menghalau prajurit tersebut ku tembakan sebuah peluru dari
senapan jaman belanda tempo dulu
*dorr
Satu tembakkan ku tepat mengenai kakinya dan dia pun
terjatuh. namun kawan-kawannya dibelakang yang ikut mengejar tidak tinggal diam,
mereka pun menembaki kami dengan senapan mereka.
Aku dan Tokiko bersembunyi dibalik gubuk kecil setengah
permanent sampai peluru mereka habis terpakai. Digubuk itu ternyata ada kostum
pribumi, lumayan juga nih dan ku masukkan saja kedalam tas
Oke beruntung karena senjata yang dibawa mereka adalah
musket tipe lama sehingga ketika pelurunya habis perlu waktu yang cukup lama
untuk mengisinya. Dengan demikian dengan waktu yang seadanya itu kami berdua
lari lagi dari kejaran mereka dimana mereka sibuk mengisi peluru senapan
mereka.
Kami berlari ke arah utara lalu belok ke arah barat sehingga
akhirnya berada di lokasi sekarang yang lumayan jauh dari stasiun bogor tepatnya di pinggir
kali ciliwung. Tepi sungai yang begitu panjang namun tidak begitu lebar ini
memiliki tempat yang lumayan aman untuk bersembunyi.
Kami berdua kehabisan nafas karena dikejar-kejar belanda.
kejadian ini belum pernah terjadi sebelumnya walaupun kalau dikejar-kejar sih
sering sama satpam dan pak rw namun dikejar-kejar oleh prajurit belanda jaman
dulu baru pertama kali ku rasakan.
Setelah menghirup nafas dalam-dalam aku bertanya pada Tokiko
"Hei Tokiko... aku punya banyak hal yang ingin ku
tanyakan... boleh kah?"
Tokiko masih ngos-ngosan kehabisan nafas gara-gara para
kompeni tersebut. dia pun memberi memberi isyarat telapak tangannya pada ku
yang berarti 'tunggu sebentar'.
Lalu dia menghirup nafas dalam-dalam lalu menjawab
"Boleh-boleh saja.. tapi aku tau pertanyaanmu.. pasti tentang dimana aku
terakhir kali memakai TSDI-ku kan?"
"Bukan kok.. yang ingin kutanyakan, kau cup A yah?
tinggimu 160an yah? rambutmu panjang ke salon terus yah? klo aku suka sama kamu berarti aku
lolicon yah..."
Mukanya memerah entah karena kesal atau malu atau apa lalu
dia berdiri dan menjitak kepala ku dengan sekuat tenaganya sambil berteriak
*dukk
"kau bodoh! disaat seperti ini malah menanyakan yang
tidak-tidak! errgh!! kau.. kalau kau tidak berjanji untuk menolongku kubunuh
kau!"
Sambil menahan sakitnya dijitak gadis itu aku berbicara
"Logatmu lucu sekali hahha.. ngomong-ngomong.. kenapa kau bisa bahasaku,
kau kan orang
asing?.. itu yang ingin kutanyakan selain kapan terakhir kali kau memakai
teesdiai-mu.. "
"oh tentang itu"
Dia kembali duduk sambil memegang kalung(collar) yang dia
pakai dan menjawab pertanyaanku
"Ini Global Translator Collar... inilah yang
menyebabkanku dapat mengerti bahasa kalian... aku sih gk tau yah kenapa tapi
dengan collar ini kita dapat mentranslate perkataan orang lain ke dalam bahasa
yang kita pakai lalu dengan ini pula kita bisa berbahasa seperti bahasa yang
orang lain gunakan pada daerah tertentu "
Dengan muka yang memang aku tidak mengerti apa yang dia
berbicarakan aku bertanya padanya lagi
"Oke.. beri lah aku contoh.. jujur aku tidak mengerti
apa yang kau bicarakan.. lebih simple sedikit lah..."
"Dasar.. orang jadul.. jadi begini misalkan aku berada
di suatu wilayah lalu dengan otomatis collar ini mendeteksi dimana aku berada
contoh ini di Indonesia maka dari itu collar ini akan mensetting bahasa
Indonesia jadi dalam radius 10 meter bahasa Indonesia yang kita dengar menjadi
bahasa yang kita sering pakai lalu dalam radius 3 meter bahasa yang kita pakai
akan di translate ke bahasa Indonesia.. ngerti gk?? "
"Ya aku mengerti intinya alat itu lebih canggih dari
Google Translate..."
"Kuno banget.."
"Kamu yang terlalu modern.. ngomong-ngomong dimana kamu
menghilangkan tiesdiai-mu?"
"Hmm.. kalau gak
salah tuh aku inget hilangnya diatas jembatan gitu mungkin jatuh dari
jembatan.. makanya.. aku.. kenapa jarang sekali ada time traveler yang kesini
dan ke zaman ini yah.. " ucapnya dengan nada sedikit sedih.
Lalu aku pun sedikit menghiburnya "Hmm.. mungkin jatuh
disekitar sini kali ya.. mari kita cari disekitar sini.. "
"Hmm.. baiklah.. "
Kebetulan para prajurit belanda itu sudah pergi kami pun
berdiri dan mulai mensisir area dari tempat kami bersembunyi hingga kebawah
jembatan sungai ciliwung.
Di zaman ini transportasi sungai masih memadai. Jadi ketika
kami keluar dari persembunyian terlihat para peternak ikan mengontrol ikannya
di pinggir sungai, lalu ada pemancing, jg tukang ojek perahu melakukan
aktifitasnya.
Lalu ketika Tokiko mulai berdiri aku pun memberitahukan
sesuatu padanya
"Tunggu!!"
Tokiko yang sudah berdiri balik badan dan menghadapku sambil
berkata "Ada
apaan sih?"
Kejeniusanku yang kadang pura-pura jenius beraksi untungnya
dalam pelarian tadi aku sempat mengambil baju ala pribumi. Baju jaman dulu yang
terdiri dari kaos dan celana bahan. Aku pun memintanya untuk mengenakan kostum
pribumi jaman dulu tersebut
"Pakai ini dulu.. kalau keliatan seperti orang aneh
atau pakaiannya aneh kan bisa berabe...
katanya kamu jg ingin mencegah agar Time Flow tidak terganggu kan?"
Dia pun berpikir sejenak.
"Benar juga.. tapi aku gk mau pake baju kek
gitu..."
"cuman sebentar.. nanti klo dah ketemu lepas lagi aja.. yang pentingkan gk ketauan
toh"
"Tapi-tapi jangan mengintip yah.. "
Tokiko pun membuka retsleting belakang body suitnya lalu
memakai pakaian pribumi, begitu juga aku memakai pakaian pribumi. bodysuit
Tokiko dan bajuku ku taruh di dalam tas ku yang sekarang penuhnya bukan main.
"nah sudah beres.. sekarang saatnya mencari TSDI"
ucapnya sedikit bersemangat. entah kenapa orang ini akupun
bingung dengan sifatnya apa manusia dimasa depan memiliki sifat yang
angin-anginan seperti itu? ah sudahlah kupikirkan pun tak ada gunanya yagn
penting sekarang kami mencari barang yang disebut tiesdiai. maksudnya TSDI.
Kami menyisir pinggir kali ciliwung, ku mencari
disemak-semak membuka semak belukar mencari di pinggir sungai mencari di
sela-sela rumput namun tidak ketemu.
begitu pula Tokiko yang mencari di bawah jembatan namun
tidak ketemu.
Beberapa saat kemudian disebrang sungai ada peternak ikan
yang menemukan sesuatu yang aneh di tambak ikannya.
Kami berdua menoleh ke peternak ikan tersebut. Lalu Tokiko
pun berteriak "I-itu!! TSDI!!"
Benda aneh tersebut ternyata TSDI bentuknya sangat aneh
sekali dari jauh seperti papan segilima dengan warna metallic
"Aku akan menyebrang kesana.. " katanya
Lalu Tokiko pun dengan gesit berenang sungai ciliwung yang
lumayan cukup deras. aku pun takjub melihatnya sungguh hebat sepertinya
orang-orang dimasa depan. spertinya..
Dari kejauhan Tokiko kelihatan sangat berbelit berbicara
dengan sang peternak ikan tersebut. Karena khawatir akhirnya aku pun
mendekatinya menyebrang dengan sampan pinjam ke seorang ojek perahu.
"Hei bang.. pinjem sampannya dong.. mau nyebrang nih ke
depan..."
Namun si abang ini sepertinya tidak mengerti apa yang
kubicarakan dan membalas dengan tanya berbahasa sunda
"Bade naon ieu teh si ujang?"
Nampaknya si abang hanya mengerti bahasa sunda saja. yah
sepertinya memang orang dulu itu sulit berbahasa Indonesia. karena yah jaman-jaman
belum merdeka masih pakai bahasa daerah masing-masing. namun sepertinya aku
tahu kenapa Tokiko sedikit kesulitan mengambil barangnya kembali.
Lalu akupun kembali meminta ijin untuk meminjam sampan milik
si abang.
"Parmios kang, abdi teh bade nginjem parahu ieu teh
meunang henteu nya kang? abdi rek nyebrang ka ditu ka baturan abdi."
"Oh.. sok wae jang.. akang anteur keun weh nya.."
"Hatur nuhun nya kang.."
Untung saja di SMA-ku ada pelajaran bahasa sunda jadi
sedikit bisa lah. Aku pun menyebrangi sungai dengan perahu yang dipinjema dari
akang yang baik hati. Tidak lama kemudian aku sampai ditempat yang kutuju.
"Nuhunnya kang..."
"Sami-sami jang..."
Oke sekarang saatnya menghampiri Tokiko, belum juga
menghampirinya dia sudah datang duluan padaku dan bilang
"Aku gk ngerti apa yang dia omongin.. aneh banget deh
nih collar..."'
Kejadiannya sama seperti tadi. si abang itu jg pasti cmn
bisa bahasa sunda. Sepertinya collar itu hanya bisa mentranslate bahasa
wajibnya saja seperti bahsa Indonesia
namun tidak terhadap bahasa daerahnya. begitulah Indonesia yang kaya akan bahasa
bahkan di masa depan sepertinya bahasa daerah terpinggirkan.
"Begitu yah.. yasudah.. serahkan padaku!!...."
Lalu aku menghampiri peternak ikan tersebut dan berbicara
dengan bahasa sunda.
"Punten kang.. anu eta teh nu akang nemu lain milik
akang da sabenerna mah... eta teh milik baturan abdi nu eta tah(sambil menunjuk
Tokiko)..."
"Oh kitu jang? hahaha.. abdi teh teu teurang pan ieu
teh milik pamajikan ujang... yeuh akang balikkeun.."
"Ah si akang mah bisa wae..."
akhirnya si bapak-bapak peternak ikan mengembalikkan alat
yang disebut TSDI tersebut kepada ku.
"Hatur Nuhunnya kang!!..."
dari kejauhan Tokiko seneng banget deh keliatannya.
"ASikk!!! bisa pulang!.."'
Tokiko seneng banget dia bisa pulang sampai loncat-loncat
kegirangan gitu.
"hei.. apa alatnya masih bisa berfungsi?? Setting ke
waktu ku dulu yah!"
"Iya! Sebentar aku coba dulu... 2011 kan? "
“Ya!”
Tokiko mengotak-atik TSDI tersebut. sementara itu aku
menengok kiri-kanan memastikan tempat ini aman atau tidak
"berfungsi gk tuh?"
"Berfungsi sih.. tapi koneksi untuk ke markas pusatnya
rusak tapi bisa sih kalau pergi ke masa depan hanya saja perlu isi ulang tenaga
selama 10 menit"
"Markas Pusat? 10 menit yah.. lumayan lah.. "
Sambil menunggu 10 menit aku pun melihat ke sebrang sungai
ada seorang prajurit belanda yang kakinya terluka kena tembak. dan sepertinya
itu orang yang tadi kutembak tanpa sengaja kakinya.
“WWAAAAAAA!!!”
Kaget mode ON seperti lihat hantu saja ekspresi kagetku
meningkat drastis. aneh banget dikirain dibawa kerumah sakit atau parmacy
nyatanya main dipinggir kali sambil masukkin kakinya ke air.
Untuk jaga-jaga aku berbisik ke Tokiko
“Psstt.. Tokiko.. disebrang ada belanda yang tadi mending
kita lari yuk.. tapi pelan-pelan.. ”
“hah? Tungguin disini aja cumin 9 menit…”
Tiba-tiba si belanda itu melihat ke arah kita dengan tatapan
curiga dan fokus memandangi kami. Hahaha.. sepertinya dia curiga kalau yang dia
lihat itu adalah orang yang menembakinya makanya dia menatap terus. Entah
kenapa dia bisa curiga begitu, mungkin rambut hitam yang rada keunguan gadis
inilah yang membuatnya curiga.
*dorr
“Gyaaaa~~”
Si prajurit itu rupanya mengetahui bahwa ia lihat adalah
yang dikejar olehnya tadi. Lalu aku pun memutuskan untuk berlari.
“lari Tokiko!”
“Eeeh~”
Aku mencengkram tangan kanan Tokiko lalu berlari. Nampaknya
prajurit tersebut berteriak “Tawanan kabur!!”
Serentak teman-temannya menghampirinya dan menyuruh mereka
mengejar kami.
Cih~ Kejar-keran part 2 ini jadinya. Kupikir setelah TSDI
ditemukan dan menunggu
waktu yang gak begitu lama pasti bisa pulang dengan tenang
namun kenyataannya tidak tetap saja kejar-kejaran terjadi
“Ehh.. sakit tau! Pelan-pelan dikit napa larinya”
“Eh? Emg kamu kenapa?”
“Kamu megang tanganku kekencengan”
“Segitunya juga.. “
Mereka terus mengejar namun nampaknya kami terkepung
ditengah-tengah mereka di sebuah pasar kecil didekat jembatan merah.
“Wah.. terkepung nih… psst.. gmn dah beres?”
”Udah sih.. tapi .. aku lupa klo ada buffernya 2 menit”
”Huh,, 2 menit yah.. “
Oh shit! Kalau keadaannya kek gini dikepung oleh orang-orang bersenjata waktu 1 menit kerasanya 10 jam. Berharap saja ada keajaiban waktu ku dan Tokiko menjadi cepat dan waktu mereka menjadi sangat lamban.
Disaat yang bersamaan para revolusioner yang bersembunyi di
dalam pasar menembak para prajurit dari arah selatan pasar. Mereka dengan
antusiasnya berteriak
“MERDEKA ATAU MATI!!!”
Para revelosioner lainnya
keluar dari tempat bersembunyi, ada yang keluar dari semak-semak, tong sampah,
gerobak baso dan semacamnya mengepung para kompeni yang melingkari kami.
Yups, kesempatan datang sambil mengucapkan terima kasih aku
pun kembali memegang erat tangan Tokiko dan lari ke arah timur tepatnya arah
jembatan merah.
“Hatur Nuhun Kang!!”
Yang bikin kaget ternyata mereka menjawab terima kasih ku
“Sami-sami”
“Apa itu? Kok aku gak ngerti sih…”
“Tar aja dibahasnya kita lari dulu gimana udah buffernya? ”
“15 Detik!”
Neraka didepan mata, ternyata di depan kami ada barisan
pasukan bersenjata belanda yang mungkin sedang patroli melihat kami. Tokiko pun
menghitung mundur detik-detik kami ‘back to the future’
“10”
Sudah memasuki detik ke-10 dan kami tepat berada diatas
jembatan merah. Mereka pun bergegas menghampiri kami.
“9”
“8”
“7“
Mereka membentuk formasi ada yang berdiri dan ada yang
jongko menyiapkan senjata mereka dan mengarahkan senjatanya pada kami.
”6”
”5”
Para revolusioner dari belakang kami datang dan sepertinya sih mau backup gitu.
“4”
Saat itu pula aku memutuskan untuk loncat dari jembatan
merah kebawah kali cidepit kali kecil yang masih merupakan satu aliran dari
ciliwung.
”3”
Detik-detik menentukkan dimana keadaan kita sudah loncat dari jembatan.
“2”
tepat banget di atas permukaan air wajahku pun sudah tepat mengenai air. Tokiko dan aku pun saling memegang tangan dengan erat.
”1”
Wuzzzz~
Byuuurrrr… Kami pun
kecebur masuk sungai cidepit untung cidepit ini sungainya kecil dan dangkal
jadi tidak akan tenggelam. Saat diriku berdiri sehabis menggeleng-gelengkan
tubuh dan badanku melihat didepanku bukanlah tanah namun tembok.
Nampaknya aku bukan kami berhasil kembali ke masa depan.
“hei Tokiko! Aku pulang ke waktuku! Yeah!”
Tokiko pun berdiri sambil membersihkan badannya dari kotoran
yang walaupun dibersihkan masih tetap kotor dirinya..
”Yeuk,, menjijikan.. kotor sekali sungai ini dan bau uhuek.. beda dengan sungai yang tadi.. errghh.. klo tau gini aku tolak tawaran kamu deh.. ”
Dia pun ngomel-ngomel pada ku sambil menarik bajuku dan seperti biasa wajah kami saling berdekatan. Sepertinya dia klo ngomel-ngomel pengennya narik baju orang trus mendekatkan wajahnya sambil marah-marah.
“Yah.. daripada ketauan nanti bisa-bisa heran kan orang-orang dulu..
dan malah bisa membuat sejarah jadi kacau kan…”
”I-iya sih.. tapi gk gini juga dong!!”
Saat kami teriak-teriak banyak orang yang bengong melihat kami sepertinya yang ada dipikiran mereka ‘nih anak muda dari mana? Berenang? Atau main air? Oh kecebur kali kecelakaan motor’ dan lain-lain. Supaya masalah gk jadi panjang aku memutuskan untuk pulang sambil berterima kasih pada Tokiko.
Aku berdiri mebelakanginya sambil berbicara “hey.. Terima
kasih yah.. atas bantuannya.. aku mau pulang dulu okay..”
Tokiko yang diam tiba-tiba maju kedepanku sambil memegang tanganku jalan menyeret-nyeretku sampai keatas ke pinggir jalan raya lalu mendorongku jatuh
”Enak saja!!.. butuh delay tau!! Skr delaynya 60 menit!! Ini semua gara-gara kamu! Dan sekarang aku kotor, jijik dan bau gara-gara kamu! Semuanya gara-gara kamu!”
“Eh enak aja gara-gara aku!”
Aku pun berdiri dan kembali melanjutkan teriak-teriakan kami yang mengundang banyak orang.
“Eh enak aja! Aku juga gk tau klo ini terjadi gitu aja!
Mungkin ini juga kesalahanmu! Jadi aku keluar dari commuter line malah kembali
ke masa lalu!”
“Ka-kamu!!! ”
Tokiko pun bersiap-siap untuk mengeluarkan raungan
kemarahannya. Dilihat banyak orang seperti ini membuat perasaanku tidak nyaman.
Lalu aku putuskan saja untuk bawa dia pulang ke rumah.
“Sini! Kita pulang aja ke rumah! Kita marahan disini gk
buahin hasil tau gak! Kamu lagian loncat-loncat segala mo bunuh diri”
“Errrgh,,, K-a-m- !” dengan cepat aku menutup mulutnya saat
mau marah besar lalu aku bisikan sesuatu ketelinganya”Psst.. Gk enak tau
diliatin banyak orang gini..”
“Kalau kamu mau marah marah aja nanti dirumah! Ngerti kan! Sekarang ayo kita
pulang!!”
Dia pun gk jadi marah tapi tetap saja mukanya cemberut besar dengan pipi digembungkan lalu sekarang gantian aku yang memegang tangannya dan membawanya ke tempat menunggu angkot.
Sambil pegang Tokiko aku pun memberhentikan angkot namun
sepertinya angkot-angkot itu tidak mau membawa kami sebagai penumpang dan
alasannya. Sudah tau lah.
Akhirnya kami dapat angkot juga dan kebetulan sekali
angkotnya emang kosong
Didalam angkot si supir angkot speak-speak gitu
”Cie.. abis ngapain jang? Pacarnya yah? Jadi gitu”
“Ah iya bang… biasa ini acara ulang tahun ayang di ceburin
ke got eh aku juga diceburin” jawabku
Melihat wajahnya yang masih cemberut membuatku geleng-geleng kepala tentang apa yang telah terjadi. Aneh sih, yah walaupun kalau robot atau orang pemakai tenaga dalam atau game super canggih pernah ketemu tapi kejadian time travel cukup membuatku terkejut. Wow
“kiri bang!”
Sip tepat didepan gang rumahku aku pun membawa Tokiko turun dari angkot. Dia masih cemberut gitu. Beberapa langkah dari depan gang rumah akhirnya sampai juga di rumah Haha..
Tokiko yang cemberut duduk di kursi depan teras rumahku.
Wajahnya masih cemberut. Edan sampai kapan dia cemberut ah biarin deh.
Sementara membuka pintu rumah ku yang terkunci.
Pintu pun ku buka lebar dan aku mendekati dia yang sedang
duduk
“Ayo masuk terus mandi…”
Dia cemberut terus sepertinya gak mau ngomong. Lalu iya berdiri. Dan berkata padaku.
”Cepat masuk..”
Akhirnya dia ngomong lagi! Dan kami pun masuk ke dalam rumah, namun baru saja aku menapakkan kaki ku di lantai dibawah pintu depan rumahku yang menghubungkan dengan ruang tamu dan didepanku duduklah seseorang di sofa tamuku.
“ka-kamu!”
Sepertinya Tokiko tahu siapa sosok lelaki tegap yang memakai
topi seperti topi militer dan berambut pirang panjang acak-acakan berwajah
belanda yang memakai baju seperti tentara militer berwarna putih itu.
“Tuan Reinier baron van Imhof!!!”
“Re-REINIER!!!!!!”
Orang yang bernama Reiner tersebut rupanya sedang duduk
santai sambil menyeruput minuman yang ada di cangkir yang ia pegang dengan
tangan kanannya.
“Ah.. Toki-chan! Dan.. kau pasti.. Zul yah? Silahkan masuk…
”
Waw.. hebat sekali orang ini, dia tau namaku dan dia seperti
tuan rumah saja yang seenaknya memakai cangkir dan meminum teh. Aku penasaran
kenapa dirinya ada dirumah ini. Tapi klo kenalan Tokiko berarti orang ini
adalah orang dari masa depan juga. Jadi cukup curiga.
“hei-hei.. kau kenapa ada dirumahku? Seenaknya saja masuk
rumah orang!…”
“Santai nak Zul” jawabnya dengan bahasa Indonesia beraksen
Belanda “Kalian berdua itu kan kotor.. silahkan bersihkan diri dahulu…”
Bicara orang ini lumayan sopan, tapi sebagai orang lain yang
masuk ke rumah orang begitu saja seperti maling dia tidak sopan. Mungkin sangat
tidak sopan.
Baiklah… memang kalau misalnya berbincang-bincang dengan
keadaan kotor dekil berlendir basah kumuh seperti ini tidak akan nyaman dan
bawaannya pasti emosi. Maka dari itu kami masuk dan langsung membersihkan diri.
“hei kamu, Tokiko, mandi di kamar mandi depan yah. Aku
bawakan handuk..”
Aku pun lantas mengambil handuk yang ada di dalam kamar
adikku. Ku buka pintu kamar, menuju lemari dan buka lemari lalu mengambil
handuk yang berwarna pink bermotif kelinci lalu kembali lagi dan memberikan
handuk itu kepada Tokiko.
“Nih.. mandi yah… kau bau tau.. lepas bajumu di kamar adikku
saja…”
“Hmmph!!”
Dia pun langsung menuju kamar mandi yah untuk mandi dong.
“Kau apakan Toki-chan jadi cemberut begitu?”
Laki-laki itu menyeruput teh beraroma melati yang mungkin
dia bikin sendiri.
“Errgh.. gk di apa-apain kok.. udah aku mandi dulu… sekalian
nanti aku mau bicara denganmu! Mengerti!!”
“hahaha.. cepatlah mandi!”
Menuju ke kamar sendiri lalu ku buka baju dan ambil handuk lalu masuk deh ke kamar
mandi. Dari sini di skip aja. Emgnya sapa yang mau baca adegan di kamar mandi.
Setelah selesai mandi aku pun mengganti baju dengan kemeja
berwarna putih dan celana pendek hitam. Lalu aku berjalan menuju ruang tamu dan
duduk bersebrangan menghadap si orang belanda itu.
“Hei.. Apa yang kau ingin bicarakan? Atau kah kau keturunan
orang belanda yang kakinya berhasil kutembak ?”
Tanya ku sedikit sinis. Ya siapa sih yang gak sebal klo
misalnya ada orang seperti dia yang masuk tanpa izin.
Setelah selesai minum tehnya, ia menaruh cangkirnya di
piring diatas meja. Lalu kedua siku tangannya ditaruh diatas lengan kursi dan
menyatukan kedua tangannya layaknya Gendou-pose
“Sabar-sabar.. sebelum kau bertanya aku yang ingin bertanya…
Apa yang membuatmu bisa time travel ke masa lalu.. dan hebatnya kau bisa
bertemu dengan Toki-chan…”
“Huft.. aku yakin kau tidak akan percaya yang aku katakana..”
Sungguh betapa bingungnya diri ini harus mulai darimana.
Lalu dalam pikiran ku ini terbisik sesuatu ‘sudah katakan saja yang kau ingin
katakan’
“Kebetulan…”
“Serius? Kalau begitu apa boleh buat …”
Orang itu bereaksi dia bangun berdiri dari duduknya yang
nyaman ala boss itu lalu mengeluarkan sebuah pistol dan menodongkannya
kepadaku.
Hei, hei.. sungguhkah dia ingin membunuhku. Mungkin ini
akhir hidupku selamat tinggal dunia ini. Selamat tinggal semua., selamat
tinggal kehidupanku yang hanya sementara ini.
“Kau yakin? Cuman kebetulan???”
Gila! Sialnya pikiranku tadi hanya menyesatkanku saja.
Berpikirlah! berpikirlah! Pasti ada jalan, kalau tidak, Matilah!. Berpikirr.
“Hoi.. yakin?”
“Ya, Hanya kebetulan”
Mati aja deh. Sungguh semua itu merupakan kebetulan. Tentang
apa yang terjadi hari ini, kejadian ini, pertemuan ini. Jika waktu dapat
diputar. Aku ingin kembali kemasa laluku yang indah.
Ketika keadaan pasrah tanpa sadar aku pun berdiri dan
menatapnya dengan tatapan yang meyakinkan bahwa apa yang kukatakan memanglah
benar.
“Yang kukatakan ini benar… sungguh aku pun tak tahu kenapa
aku dapat kembali ke masa lalu dan bertemu dengan Tokiko. Hal ini sungguh
kebetulan. Aku sendiri tidak tahu kenapa.”
Adrenalin ku memuncak. Sungguh takut dibalut dengan rasa
ingin mengungkapkan hal yang sesungguhnya membuatku mengatakkan hal itu tanpa
ragu. Entah jawabanku ini dapat diterimanya atau tidak.
Ketika ku tatap wajahnya entah kenapa dia ingin berkata
sesuatu.
“Oh.. begitu“
Ia menarik pelatuk pistol yang digenggamnya dan…
*DORRR
Suara tembakan pistol menggelegar. Mendengar suara tersebut
Tokiko keluar dari kamar mandi menuju ruang tamu dengan sebuah handuk membalut
tubuhnya.
“Tuan Reinier! Zul!”
Selongsong peluru ditembakkan
ke atas langit-langit rumahku oleh si belanda rambut gondrong tersebut dan
membuat sebuah lubang.
Bagus, sudah masuk tanpa izin dirumah orang lalu dia membuat
lubang dilangit-langit rumahku. Jenius sekali anda, bravo
Selesai membuat onar si belanda satu ini tersenyum dan
berkata sesuatu padaku.
“Tatapanmu… sangat yakin.. Aku tahu kau tidak bohong...” Dia meletakkan
kembali pistol yang digenggamnya kedalam saku bajunya. “Jujur.. aku seperti
merasakan dejavu.. haha.. sudah ah.. ”
Hoi, apakah manusia dari masa depan aneh semua seperti ini..
yang benar saja. Tapi beruntunglah dia tidak membunuhku. Adrenalinku menurun rasa
tenang karena tidak jadi dibunuh. Namun sepertinya jadi punya firasat buruk.
“oh ya.. Tokiko.. aku mau lihat TSDI mu dong?”
“ah ? eh iya.. “ Tokiko pergi ke kamar adikku mengambil TSDI
miliknya yang ia taruh diatas tumpukan pakaiannya. Ia pun segera kembali dan
menyerahkannya ke Reinier.
“Entah kenapa Tuan… Delaynya jadi terasa lama… Sepertinya
ada kerusakan sistemnya deh.. ”
“Yasudah.. aku bawa dulu TSDI-mu…”
“Ehh.. terus tuan mau kemana??”
“Aku mau pulang… Nanti ku perbaiki sekalian… oke! Kau disini
saja.. observasi orang ini mengerti?!”
“Ehhhhhhhhh.”
Benar saja hal yang tidak enak terjadi
“tapi tapi.. tapi aku ingin!”
“Ini perintah.. ya.. nanti aku kirim yang lain”
“hoi! Hoi! Kenapa kau tidak bawa pulang saja Tokiko! Dengan
itu masalah beres kan!“
“Hm.. habisnya kalian berdua bertemunya kebetulan jadi
sekalian saja Tokiko observasi kau, Jadi nantinya Tokiko dapat mengirimkan ku
Laporan.. kamu paham kan?”
Muka Tokiko memerah.. “Iya.. deh.. ”
“EEgh… dengan begini selesai sudah masa-masa tenang dalam
hidupku..”
Akhirnya si Reiner itu pun pergi dari rumahku tanpa
kata-kata yang lebih jelas lagi. Lalu Tokiko menatapku dengan tatapan yang
tidak enak.
“Hei… hei.. ’
Beberapa saat kemudian ia membentakku dan menyalahkanku atas
apa yang terjadi hari ini.
“ini semua! Gara” kamu tau! Kalau gk ketemu kamu!! Ini gk
bakal terjadi!!”
”Gara” aku?? Enak saja yah! Klo gak ada aku! Kamu gk bisa dapetin tiesdiai apalah punyamu tau!”
”Gara” aku?? Enak saja yah! Klo gak ada aku! Kamu gk bisa dapetin tiesdiai apalah punyamu tau!”
“I-iya sih.. ta.. tapi!!... ka.. kalau gitu! Kau harus
melayaniku!! Mengerti!!”
“EEEHHHHH!!!’
Yah apa boleh buat yang terjadi sudah terjadi. Lalu aku
menenangkan dirinya sedikit dengan membuatkannya teh sambil membawa bajunya
yang kotor ke mesin cuci.
“OKe aku mau bikin teh dulu! Jadi tunggu disini dan jangan
kemana-mana! Oh iya pakai pakaian adikku saja! Mengerti!”
“kenapa kau yang suruh-suruh sih!? Aku tau yang harusnya kek
gitu!”
Walaupun kami kembali lagi ke waktuku , namun itu bukan lah
akhir dari perjalanan kami namun awal dari segalanya. Awal dari Resolution of
Time.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar