Minggu, 18 September 2011

Resolution of Time : Tears from the Future in the Past

Detik-detik ketika laki-laki berkemeja putih itu jatuh, banyak sekali hal yang terjadi. Detik yang menentukan segalanya dari hari ini, detik yang membuka semua tabir yang akan terbuka nanti, detik yang menuntun ke titik yang tidak kuketahui sebelumnya.

Lelaki itu berdiri sambil memegang perutnya yang berdarah. Tiba-tiba gelang Tokiko, maksudku benda-apa-yang-tokiko-pakai-aku-lupa membunyikan alarmnya. Lalu dari kejauhan terlihat ada seorang warga negara asing berlari dan membawa lelaki itu pergi.

*tinidtinid…tinid tinid…*

“Hei.. benda ini berbunyi.. ”

“sudah nanti saja kita ceknya kita kejar dulu orang itu.. ”

“Hei-hei apa maksudmu!.. ”

Aku memegang lengan tokiko dan membawanya lari mengikuti warga nergara asing yang membawa lelaki itu.

Mereka berlari ke suatu lorong sempit dari kami pun mengawasi mereka dari kejauhan. Kemungkinan si WNA itu ada apa-apa dengan si lelaki malang. kemudian si WNA yang menjinjing tubuh lelaki tersebut melemparnya ke dinding. lalu dari saku dalam pakaiannya si WNA itu mengeluarkan pistol. 
Gyaa! ini pembunuhan ini pasti kasus pembunuhan! Si WNA menodongkan pistol yang ia keluarkan ke kepala lelaki itu. Ia terlihat bercakap-cakap dengan lelaki yang bersimbah darah tersebut.

Geram tangan ini, aku mengambil batu yang ada dibawah kakiku dan kulemparkan ke arah WNA itu dengan kencang.

“hei ! apa yang akan kau lakukan..” kata Toriko

*Duagh!

Batu yang kulemparkan tepat mengenai tangan WNA dan berhasil menjatuhkan pistol yang dipegangnya. Pistol yang terjatuh tersebut diambil oleh lelaki yang bersimpah darah. Dan keadaan kini berbalik WNA sekarang yang ditodong pistol oleh lelaki tersebut.

Kemudian entah apa yang si lelaki tersebut ucapkan, ia membuang pistol yang digenggamnya jauh dari jangkauan dan kembali berkata sesuatu kepada WNA tersebut. Lelaki itu nampaknya pingsan namun aku melihat dirinya masih bernafas. Dan si WNA itu pun memopongnya dan membawanya ke arah kami.  


Kemudian Toriko menarik diriku dan bersembunyi. WNA yang membawa laki-laki itu berbicara pada seseorang pedagang didekat situ. Sepertinya dia menanyakan tentang ambulan. Aku yang ingin mengikuti mereka berdua ditarik oleh Toriko dan mendorong tubuhku ke tembok. Nampaknya ia berusaha untuk menghentikan langkahku

“KAU! Apa yang kau lakukan! Kalau kau melakukan sesuatu yang macam” kau bisa merusak aliran waktu!”

Toriko marah ia memegang bajuku dan menggoyang-goyangkan diriku dan mendorongku ke tembok.

“Kan gawat kalau harusnya lelaki itu terbunuh terus taunya nggak!!!”

Ia memandangku dengan tatapan serius. Sesaat diriku terdiam tak bisa menjawab kalimatnya.

“Kalau kau sekali lagi berbuat seperti itu! Aku bunuh kau!!!”

“….”

“Tadi flow detectornya berbunyi, tepat di depan lapangan itu.. sekarang kita kesana… dan ingat! Sekali lagi ”

“iya iya! Aku mengerti!”

Akhirnya kami berdua pergi dari lokasi kejadian. Dia memegang tangan kananku dan kami berdua pun kembali ke tempat asal dimana si lelaki itu tergeletak bergelimpang darah.

Suasana jadi berat, jalanan pun terasa berat yah, aku seperti diselimuti oleh dua hal yang saling bertentangan. Di satu sisi aku yang menolong si orang itu membuat dirinya tidak jadi terbunuh, namun di sisi lain apakah dunia ini berubah? Entah lah.

Jalan penuh dengan tekanan seperti ini membuatku sedikit muak. Namun aku harus melepaskan semua tekanan ini untuk sementara waktu,  ya jujur aku tidak mau mati disini. Pasti akan jadi kontroversi jika mati dimana di satu waktu ada 2 diriku.

“Nah sampai!”

Kami pun sampai di lapangan, kemudian sambil memegang tanganku Tokiko mencari tempat yang sepi untuk melakukan time travel.

“Ini seperti ini lalu ini dan ini.. “ katanya sambil mengutak-atik alat yang ada di pergelangan tangannya

“Apa yang kau lakukan? Kita time travel lagi?”

“ya.. alat ini mendeteksi adanya Time Leap yang terjadi tadi…”

“Time Leap?”

“ya… Time Leap… suatu kejadian dimana kita pergi ke waktu yang lalu namun tanpa memakai alat atau mesin. Sama seperti yang terjadi padamu… mungkin..”

“Owh.. ”

“Entah apa yang membuat time leap terjadi.. aku pun tidak tahu… yang pasti dengan flow detector ini ktia tahu waktu leap akan terjadi.. ”

“baca di manual yah?”

“ya.. terserah kau! Dan ingat! Kita sekarang akan pergi ke tahun 1777 beberapa menit sebelum ada time leap disana, dan disini jangan pernah sekali lagi kau mencampuri urusan orang lain! Soalnya bisa-bisa sejarah bisa bergeser! Mengerti!...”

”….”

Aku bingun mau jawab apa karena kalau ke tahun segitu memang benar bisa terjadi. Untuk sementara ini aku ikuti dulu apa katanya.

“Aku anggap jawaban kalau kau mengerti!”

Scene saat kami melakukan time travel terjadi. Yah seperti biasa tidak terjadi apa-apa hanya saja kami loncat ke waktu yang berbeda. Dan sekarang kami berada di depan pagar besar yang ada disamping lapangan depan museum kota tua. Dan nampak pohon-pohon besar juga ikut mengelilingi lapangan.

Kami pun mengitari pagar berjalan menuju depan museum. Hmm.. mungkin lebih tepat lagi disebut balaikota Batavia. Ya karena saat itu memang gedung museum digunakan sebagai balaikota.

“Astaga!”

Saat kami tiba diujung pagar depan balaikota kami bertemu dengan satu barisan kompeni belanda yang ada didepan kami. Yup bertatap-tatapan dan saatnya kabur!

“Oh yeah! Lebih baik kita kabur!”

Hell yeah! Kalau tadi aku yang ditarik Tokiko sekarang berbalik aku yang menarik Tokiko untuk kabur dari kejaran para kompeni. Tak tanggung-tanggung 1 baris kompeni yang mengejar kami membuat para orang belanda lainnya pun mengincar kami.

Dua orang belanda didepan kami mencegah. Aku pun menubrukkan bahuku yang membuat mereka berdua terpental. Lalu didepannya ada banyak penghalang dan lain-lain. Yang pasti kami menghindari semua rintagan dengan mudah. Tiba-tiba…

*tinid-tinid… tinid-tinid…

“ah! Flow detector bereaksi! Harusnya kita ada didepan museum untuk mengamatinya!”

“gak ada waktu Tokiko! Sekarang lari dulu! Kan kau sendiri yang bilang kalau harus hati-hati kalau tidak sejarah bergeser!”

“i-iya sih.. yasudah cepat lari!”

Tokiko yang ku pegang loncat kepunggungku. Oh shit berat sekali anak ini. Nampaknya aku harus berlari sambil menggendongnya. Dasar anak yang mau enaknya saja!

Sambil menggendong tokiko yang beratnya melebih berat satu karung beras aku berlari dengan kencang lari dari kejaran orang-orang belanda tersebut.

“hei kau hebat juga yah! Walaupun menggendongku kau bisa lari cepat!”

“dasar trouble maker! Ayo cepat kita time travel lagi! Pergi darisini! ”

”satu menit lagi! Tunggu, aku akan setting waktunya ke besok”

“Besok? Kenapa kita tidak pulang kewaktu yang semestinya?’

“Flow detector mendeteksi interval waktu yang dihasilkan 2 hari, hari ini dan besok… karena hari ini gagal lebih baik kita lihat apa yang terjadi besok! ”

“Yasudah cepat atur waktunya terlebih dahulu! Kita akan semakin terkejar! Gara-gara kau berat!”

“Hmmph.. enak saja! Gini juga aku udah diet tau!”

Ya, ya terserah kamu saja deh tokiko. Ucapku dalam hati yang tadinya ingin kukatakan, tapi kalau kebanyakan ngomong tenagaku akan terkuras habis. Lebih baik fokus saja larinya.

“hei Zul! Belok kanan disitu!”

“Eehh! Ok ok… ”

Tokiko menyuruhku belok kanan. Tapi yang mengkagetkan diriku adalah dia menyebut namaku disaat seperti ini! Oh yeah.. seungguh mengecewakan! Kenapa tidak saat dirumah atau di tempat yang tepat. Aku turuti apa katanya untuk belok kanan disitu. Dan tepat sekali advicenya. Kita terperangkap di himpit oleh bangunan dan depannya tembok.

“Oh.. okay.. sekarang kita terjepit! Bagai tikus yang masuk dalam perangkap!”

“Tenang saja.. Setiap masalah ada jalan keluarnya!”

Sebelum kita terperangkap oleh  pada kompeni, Tokiko mengaktifkan tsdinya! Dan phew kita time travel ke besok harinya! Di waktu yang sama!.

“Phew.. untung sempat…”

“Delaynya jadi 5 menit lagi… aku lupa setting waktunya lagi.. biarlah mudah-mudahan tidak telat…”

“Yasudah istirahat dulu sebentar aku capek nih.. ”

Aku kehabisan nafas gara-gara menggendongnya sambil lari-lari. Akupun duduk ditembok sambil mengambil nafas dalam-dalam kecapekan. Sementara si cewek rambut ungu kecil ini malah menyuruhku untuk cepat-cepat pergi ke lapangan.

“Ayo.. cepat! Kita pergi!!”

“hei! Kau tidak lihat aku capek gini gara-gara kau!”

“Errgh.. kalau gitu aku yang duluan nih!”

“Iya deh iya!”

Sip, dia telah membuatku kecapekan full, dan kami pun keluar dari lorong tersebut dan pergi menuju lapangan depan balaikota. Entah kenapa jalanan jadi sepi begini.

Ditengah lapangan balaikota nampaknya banyak orang berkerumun disana dan sepertinya diatas panggung ada orang yang sedang menunggu hukuman. Lalu..

”Zul! itu” Tunjuk Tokiko ke arah tengah lapangan

Dan sangat mengejutkan!! Yang kulihat adalah diatas panggung ada orang yang belumuran darah di kota tua tadi! Apa yang terjadi ini, jadi dia jadi seorang criminal dimasa ini.

“Orang itu!.. hei.. kau bisa dengar sesuatu tentang apa yang mereka bicarakan kan Tokiko?”

“Entah.. kita lihat saja dari sini.. sepertinya.. dia mau dieksekusi!”

“Sungguh kacau.. aku tak mengerti.. aku harus lakukan sesuatu…” aku kembali mengambil sebuah batu dari bawah

Tokiko mencegahku dengan memegang lenganku.

“Hei! Ingat! Kalau kau sekali lagi mengacaukannya! Kau akan kubunuh!”

“Terserah apa katamu… tapi.. jujur saja kukatakan padamu… aku tidak bisa membiarkan seseorang mati didepan mataku… siapapun itu… ”

“Kau!.. ”

“Lebih baik aku mati daripada aku membiarkan seseorang mati didepanku!”

Yah, itulah prinsipku. Keputusanku sudah bulat, kalau Tokiko mau membunuhku silahkan aku siap. Aku tak peduli ini akan merusak waktu atau apapun. Yang kulakukan bagiku adalah yang terbaik bagiku.

Batu itu melayang terbang dari tanganku hingga ke atas panggung tepat mengenai seorang belanda yang nampaknya penting. Hal itu nampaknya memicu kekacauan dalam sekejap dan semua orang menatap padaku. Tokiko langsung memegang tanganku dan lari.

Hal lain pun terjadi beberapa orang keluar dari persembunyian mereka dan membawa senapan dan bambu runcing. Nampaknya mereka semua pribumi yang menolak hukuman tersebut kekacauan besar terjadi. Namun aku tidak tahu apa yang terjadi kepada si lelaki malang tersebut.

Beruntung karena kekacauan tersebut kami berdua tidak dikejar oleh siapapun dan kami pun lanjut lari dan bersembunyi ketempat kami terjepit tadi. Suasana tegang dicampur kecapekan menambah hati ini jadi dag-dig-dug.

“Hei.. ”

“Hah?”

“Kenapa kau lakukan ini?”

“Sudah kubilang tadikan.. kenapa? Kau sekarang mau membunuhku sekarang? Bunuh saja…”

Tekanan yang berat kembali mengguncang diriku. Mungkin juga dialami oleh Tokiko.

“Kenapa kau mengacaukan waktu!!! Kalau begini aliran waktu akan kacau! Dan semua ini salahmu!”

Dia teriak dan membentakku dengan keras dengan tatapan yang kecewa. Namun dari tadi aku geram dengannya.

”Waktu waktu dan waktu! Hanya itu kah yang ada didalam otakmu! Terserah! Yang pasti aku sudah memberikan jawabanku! Kalau kau ingin  membunuhku silahkan! Meninggalkanku disini! SILAHKAN!...”

Giliranku yang membentaknya. Aku pun sedikit kesal dengan paham yang dia anut. Aku pun tak mengerti tentang time travel atau paham yang dianut time travel. Atau apapun!.

Nadaku pun sedikit menurun dan aku pun kembali berbicara dengannya.

“Sekarang… kalau kau mau bunuh diriku, pergi! carilah sesuatu yang dapat mencabut nyawaku… atau tinggalkan saja diriku… ”

Dia pun terdiam

“Kenapa diam? Kau tidak punya nyali?“

“CUKUP!!!!”

Tokiko teriak sambil mengeluarkan air mata, nampaknya ia sedih atau apalah atau mungkin saja perasaan dan pikirannya campur aduk.

Suasana hening, tidak ada yang berkata satu patah pun baik Tokiko maupun diriku. Keadaan yang dialami sekarang mungkin sangat sulit baginya yang masih muda.

“Kita pulang…”

Dia mengajak pulang tanpa sebab. Dia menggenggam tanganku dan membawaku kembali ke waktu saat kita pergi time travel yaitu tahun 2011 dan dalam sekejap kami pun kembali ke waktu 2011.

“Kenapa… kau… hiks.. hiks.. “

Tiba-tiba dia menangis, air matanya keluar bercucuran. Dia pun lari ketubuhku dan menangis di pelukanku.. aku pun tidak mengerti kenapa. Apa yang terjadi sekarang atau apa yang terjadi tadi.

Entahlah untuk saat ini lebih baik untuk sementara ini aku pulang. Membiarkan dirinya tenang dahulu dan menyelesaikan semua masalah ini dirumah. Langit berubah menjadi mendung kami pulang menuju rumahku. Perjalanan hari ini berakhir dengan ditutup oleh langit yang kelabu. Misteri tentang Tokiko ini, membuatku sesak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar