Detik-detik ketika laki-laki
berkemeja putih itu jatuh, banyak sekali hal yang terjadi. Detik yang
menentukan segalanya dari hari ini, detik yang membuka semua tabir yang akan
terbuka nanti, detik yang menuntun ke titik yang tidak kuketahui sebelumnya.
Lelaki itu berdiri sambil
memegang perutnya yang berdarah. Tiba-tiba gelang Tokiko, maksudku
benda-apa-yang-tokiko-pakai-aku-lupa membunyikan alarmnya. Lalu dari kejauhan
terlihat ada seorang warga negara asing berlari dan membawa lelaki itu pergi.
*tinidtinid…tinid tinid…*
“Hei.. benda ini berbunyi.. ”
“sudah nanti saja kita ceknya
kita kejar dulu orang itu.. ”
“Hei-hei apa maksudmu!.. ”
Aku memegang lengan tokiko dan
membawanya lari mengikuti warga nergara asing yang membawa lelaki itu.
Mereka berlari ke suatu lorong
sempit dari kami pun mengawasi mereka dari kejauhan. Kemungkinan si WNA itu ada
apa-apa dengan si lelaki malang.
kemudian si WNA yang menjinjing tubuh lelaki tersebut melemparnya ke dinding.
lalu dari saku dalam pakaiannya si WNA itu mengeluarkan pistol.
Gyaa! ini
pembunuhan ini pasti kasus pembunuhan! Si WNA menodongkan pistol yang ia
keluarkan ke kepala lelaki itu. Ia terlihat bercakap-cakap dengan lelaki yang
bersimbah darah tersebut.
Geram tangan
ini, aku mengambil batu yang ada dibawah kakiku dan kulemparkan ke arah WNA itu
dengan kencang.
“hei ! apa yang
akan kau lakukan..” kata Toriko
*Duagh!
Batu yang
kulemparkan tepat mengenai tangan WNA dan berhasil menjatuhkan pistol yang
dipegangnya. Pistol yang terjatuh tersebut diambil oleh lelaki yang bersimpah
darah. Dan keadaan kini berbalik WNA sekarang yang ditodong pistol oleh lelaki
tersebut.
Kemudian entah
apa yang si lelaki tersebut ucapkan, ia membuang pistol yang digenggamnya jauh
dari jangkauan dan kembali berkata sesuatu kepada WNA tersebut. Lelaki itu
nampaknya pingsan namun aku melihat dirinya masih bernafas. Dan si WNA itu pun
memopongnya dan membawanya ke arah kami.
Kemudian Toriko menarik diriku dan bersembunyi. WNA yang membawa laki-laki itu berbicara pada seseorang pedagang didekat situ. Sepertinya dia menanyakan tentang ambulan. Aku yang ingin mengikuti mereka berdua ditarik oleh Toriko dan mendorong tubuhku ke tembok. Nampaknya ia berusaha untuk menghentikan langkahku
“KAU! Apa yang
kau lakukan! Kalau kau melakukan sesuatu yang macam” kau bisa merusak aliran
waktu!”
Toriko marah ia
memegang bajuku dan menggoyang-goyangkan diriku dan mendorongku ke tembok.
“Kan gawat kalau harusnya
lelaki itu terbunuh terus taunya nggak!!!”
Ia memandangku
dengan tatapan serius. Sesaat diriku terdiam tak bisa menjawab kalimatnya.
“Kalau kau
sekali lagi berbuat seperti itu! Aku bunuh kau!!!”
“….”
“Tadi flow
detectornya berbunyi, tepat di depan lapangan itu.. sekarang kita kesana… dan
ingat! Sekali lagi ”
“iya iya! Aku
mengerti!”
Akhirnya kami
berdua pergi dari lokasi kejadian. Dia memegang tangan kananku dan kami berdua
pun kembali ke tempat asal dimana si lelaki itu tergeletak bergelimpang darah.
Suasana jadi
berat, jalanan pun terasa berat yah, aku seperti diselimuti oleh dua hal yang
saling bertentangan. Di satu sisi aku yang menolong si orang itu membuat
dirinya tidak jadi terbunuh, namun di sisi lain apakah dunia ini berubah? Entah
lah.
Jalan penuh
dengan tekanan seperti ini membuatku sedikit muak. Namun aku harus melepaskan
semua tekanan ini untuk sementara waktu, ya jujur aku tidak mau mati disini. Pasti akan
jadi kontroversi jika mati dimana di satu waktu ada 2 diriku.
“Nah sampai!”
Kami pun sampai
di lapangan, kemudian sambil memegang tanganku Tokiko mencari tempat yang sepi
untuk melakukan time travel.
“Ini seperti ini
lalu ini dan ini.. “ katanya sambil mengutak-atik alat yang ada di pergelangan
tangannya
“Apa yang kau
lakukan? Kita time travel lagi?”
“ya.. alat ini
mendeteksi adanya Time Leap yang terjadi tadi…”
“Time Leap?”
“ya… Time Leap…
suatu kejadian dimana kita pergi ke waktu yang lalu namun tanpa memakai alat
atau mesin. Sama seperti yang terjadi padamu… mungkin..”
“Owh.. ”
“Entah apa yang
membuat time leap terjadi.. aku pun tidak tahu… yang pasti dengan flow detector
ini ktia tahu waktu leap akan terjadi.. ”
“baca di manual
yah?”
“ya.. terserah
kau! Dan ingat! Kita sekarang akan pergi ke tahun 1777 beberapa menit sebelum
ada time leap disana, dan disini jangan pernah sekali lagi kau mencampuri
urusan orang lain! Soalnya bisa-bisa sejarah bisa bergeser! Mengerti!...”
”….”
”….”
Aku bingun mau
jawab apa karena kalau ke tahun segitu memang benar bisa terjadi. Untuk
sementara ini aku ikuti dulu apa katanya.
“Aku anggap jawaban
kalau kau mengerti!”
Scene saat kami
melakukan time travel terjadi. Yah seperti biasa tidak terjadi apa-apa hanya
saja kami loncat ke waktu yang berbeda. Dan sekarang kami berada di depan pagar
besar yang ada disamping lapangan depan museum kota tua. Dan nampak pohon-pohon besar juga
ikut mengelilingi lapangan.
Kami pun
mengitari pagar berjalan menuju depan museum. Hmm.. mungkin lebih tepat lagi disebut
balaikota Batavia.
Ya karena saat itu memang gedung museum digunakan sebagai balaikota.
“Astaga!”
Saat kami tiba
diujung pagar depan balaikota kami bertemu dengan satu barisan kompeni belanda
yang ada didepan kami. Yup bertatap-tatapan dan saatnya kabur!
“Oh yeah! Lebih
baik kita kabur!”
Hell yeah! Kalau
tadi aku yang ditarik Tokiko sekarang berbalik aku yang menarik Tokiko untuk
kabur dari kejaran para kompeni. Tak tanggung-tanggung 1 baris kompeni yang
mengejar kami membuat para orang belanda lainnya pun mengincar kami.
Dua orang
belanda didepan kami mencegah. Aku pun menubrukkan bahuku yang membuat mereka
berdua terpental. Lalu didepannya ada banyak penghalang dan lain-lain. Yang
pasti kami menghindari semua rintagan dengan mudah. Tiba-tiba…
*tinid-tinid…
tinid-tinid…
“ah! Flow
detector bereaksi! Harusnya kita ada didepan museum untuk mengamatinya!”
“gak ada waktu
Tokiko! Sekarang lari dulu! Kan
kau sendiri yang bilang kalau harus hati-hati kalau tidak sejarah bergeser!”
“i-iya sih.. yasudah
cepat lari!”
Tokiko yang ku
pegang loncat kepunggungku. Oh shit berat sekali anak ini. Nampaknya aku harus
berlari sambil menggendongnya. Dasar anak yang mau enaknya saja!
Sambil
menggendong tokiko yang beratnya melebih berat satu karung beras aku berlari
dengan kencang lari dari kejaran orang-orang belanda tersebut.
“hei kau hebat
juga yah! Walaupun menggendongku kau bisa lari cepat!”
“dasar trouble
maker! Ayo cepat kita time travel lagi! Pergi darisini! ”
”satu menit lagi! Tunggu, aku akan setting waktunya ke besok”
”satu menit lagi! Tunggu, aku akan setting waktunya ke besok”
“Besok? Kenapa
kita tidak pulang kewaktu yang semestinya?’
“Flow detector
mendeteksi interval waktu yang dihasilkan 2 hari, hari ini dan besok… karena
hari ini gagal lebih baik kita lihat apa yang terjadi besok! ”
“Yasudah cepat
atur waktunya terlebih dahulu! Kita akan semakin terkejar! Gara-gara kau
berat!”
“Hmmph.. enak
saja! Gini juga aku udah diet tau!”
Ya, ya terserah
kamu saja deh tokiko. Ucapku dalam hati yang tadinya ingin kukatakan, tapi
kalau kebanyakan ngomong tenagaku akan terkuras habis. Lebih baik fokus saja
larinya.
“hei Zul! Belok
kanan disitu!”
“Eehh! Ok ok… ”
Tokiko
menyuruhku belok kanan. Tapi yang mengkagetkan diriku adalah dia menyebut
namaku disaat seperti ini! Oh yeah.. seungguh mengecewakan! Kenapa tidak saat
dirumah atau di tempat yang tepat. Aku turuti apa katanya untuk belok kanan
disitu. Dan tepat sekali advicenya. Kita terperangkap di himpit oleh bangunan
dan depannya tembok.
“Oh.. okay..
sekarang kita terjepit! Bagai tikus yang
masuk dalam perangkap!”
“Tenang saja..
Setiap masalah ada jalan keluarnya!”
Sebelum kita
terperangkap oleh pada kompeni, Tokiko
mengaktifkan tsdinya! Dan phew kita time travel ke besok harinya! Di waktu yang
sama!.
“Phew.. untung
sempat…”
“Delaynya jadi 5
menit lagi… aku lupa setting waktunya lagi.. biarlah mudah-mudahan tidak
telat…”
“Yasudah
istirahat dulu sebentar aku capek nih.. ”
Aku kehabisan
nafas gara-gara menggendongnya sambil lari-lari. Akupun duduk ditembok sambil
mengambil nafas dalam-dalam kecapekan. Sementara si cewek rambut ungu kecil ini
malah menyuruhku untuk cepat-cepat pergi ke lapangan.
“Ayo.. cepat!
Kita pergi!!”
“hei! Kau tidak
lihat aku capek gini gara-gara kau!”
“Errgh.. kalau
gitu aku yang duluan nih!”
“Iya deh iya!”
Sip, dia telah
membuatku kecapekan full, dan kami pun keluar dari lorong tersebut dan pergi
menuju lapangan depan balaikota. Entah kenapa jalanan jadi sepi begini.
Ditengah
lapangan balaikota nampaknya banyak orang berkerumun disana dan sepertinya diatas
panggung ada orang yang sedang menunggu hukuman. Lalu..
”Zul! itu”
Tunjuk Tokiko ke arah tengah lapangan
Dan sangat
mengejutkan!! Yang kulihat adalah diatas panggung ada orang yang belumuran
darah di kota
tua tadi! Apa yang terjadi ini, jadi dia jadi seorang criminal dimasa ini.
“Orang itu!..
hei.. kau bisa dengar sesuatu tentang apa yang mereka bicarakan kan Tokiko?”
“Entah.. kita
lihat saja dari sini.. sepertinya.. dia mau dieksekusi!”
“Sungguh kacau..
aku tak mengerti.. aku harus lakukan sesuatu…” aku kembali mengambil sebuah
batu dari bawah
Tokiko
mencegahku dengan memegang lenganku.
“Hei! Ingat!
Kalau kau sekali lagi mengacaukannya! Kau akan kubunuh!”
“Terserah apa
katamu… tapi.. jujur saja kukatakan padamu… aku tidak bisa membiarkan seseorang
mati didepan mataku… siapapun itu… ”
“Kau!.. ”
“Lebih baik aku
mati daripada aku membiarkan seseorang mati didepanku!”
Yah, itulah
prinsipku. Keputusanku sudah bulat, kalau Tokiko mau membunuhku silahkan aku
siap. Aku tak peduli ini akan merusak waktu atau apapun. Yang kulakukan bagiku
adalah yang terbaik bagiku.
Batu itu
melayang terbang dari tanganku hingga ke atas panggung tepat mengenai seorang
belanda yang nampaknya penting. Hal itu nampaknya memicu kekacauan dalam
sekejap dan semua orang menatap padaku. Tokiko langsung memegang tanganku dan
lari.
Hal lain pun
terjadi beberapa orang keluar dari persembunyian mereka dan membawa senapan dan
bambu runcing. Nampaknya mereka semua pribumi yang menolak hukuman tersebut
kekacauan besar terjadi. Namun aku tidak tahu apa yang terjadi kepada si lelaki
malang
tersebut.
Beruntung karena
kekacauan tersebut kami berdua tidak dikejar oleh siapapun dan kami pun lanjut
lari dan bersembunyi ketempat kami terjepit tadi. Suasana tegang dicampur
kecapekan menambah hati ini jadi dag-dig-dug.
“Hei.. ”
“Hah?”
“Kenapa kau
lakukan ini?”
“Sudah kubilang
tadikan.. kenapa? Kau sekarang mau membunuhku sekarang? Bunuh saja…”
Tekanan yang
berat kembali mengguncang diriku. Mungkin juga dialami oleh Tokiko.
“Kenapa kau
mengacaukan waktu!!! Kalau begini aliran waktu akan kacau! Dan semua ini
salahmu!”
Dia teriak dan
membentakku dengan keras dengan tatapan yang kecewa. Namun dari tadi aku geram
dengannya.
”Waktu waktu dan waktu! Hanya itu kah yang ada didalam otakmu! Terserah! Yang pasti aku sudah memberikan jawabanku! Kalau kau ingin membunuhku silahkan! Meninggalkanku disini! SILAHKAN!...”
Giliranku yang
membentaknya. Aku pun sedikit kesal dengan paham yang dia anut. Aku pun tak
mengerti tentang time travel atau paham yang dianut time travel. Atau apapun!.
Nadaku pun
sedikit menurun dan aku pun kembali berbicara dengannya.
“Sekarang… kalau
kau mau bunuh diriku, pergi! carilah sesuatu yang dapat mencabut nyawaku… atau
tinggalkan saja diriku… ”
Dia pun terdiam
“Kenapa diam?
Kau tidak punya nyali?“
“CUKUP!!!!”
Tokiko teriak
sambil mengeluarkan air mata, nampaknya ia sedih atau apalah atau mungkin saja
perasaan dan pikirannya campur aduk.
Suasana hening,
tidak ada yang berkata satu patah pun baik Tokiko maupun diriku. Keadaan yang
dialami sekarang mungkin sangat sulit baginya yang masih muda.
“Kita pulang…”
Dia mengajak
pulang tanpa sebab. Dia menggenggam tanganku dan membawaku kembali ke waktu
saat kita pergi time travel yaitu tahun 2011 dan dalam sekejap kami pun kembali
ke waktu 2011.
“Kenapa… kau…
hiks.. hiks.. “
Tiba-tiba dia
menangis, air matanya keluar bercucuran. Dia pun lari ketubuhku dan menangis di
pelukanku.. aku pun tidak mengerti kenapa. Apa yang terjadi sekarang atau apa
yang terjadi tadi.
Entahlah untuk
saat ini lebih baik untuk sementara ini aku pulang. Membiarkan dirinya tenang
dahulu dan menyelesaikan semua masalah ini dirumah. Langit berubah menjadi
mendung kami pulang menuju rumahku. Perjalanan hari ini berakhir dengan ditutup
oleh langit yang kelabu. Misteri tentang Tokiko ini, membuatku sesak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar