Senin, 05 September 2011

Resolution of Time : Root and Connection


18 September 2011

Angin berhembus kencang di bulan ini sepertinya hari ini juga akan turun hujan. Setelah 2 hari akhirnya aku ingat bahwa hari ini adalah tanggal 18 September 2011. Apakah ini efek dari time travel who knows? Yang pasti gadis itu sekarang tinggal di rumah ku dan menambah masalah anggaran dan segala macamnya.

“Hoi!! bikinkan teh!!”

“Bikin sendiri!!”

“Eehh!! Sebagai ganti rugi kau harus buatkan aku teh! Mengerti!!”

Benar-benar membuat kesal. Layaknya tuan putri dia minat ini itu dan ini dan itu. Mau keluar pun tidak bisa pastinya dia ikut, tentunya tidak untuk pergi ke kamar mandi.

“Bikin sendiri!!” ucapku dengan nada sedikit tinggi

Dia yang berbaring langsung berdiri berjalan ke arah ku dan menunjuk-nunjukan telunjuknya ke dadaku sambil berkata “Hei.. hei.. ini kan gara-garamu! Aku jadi begini sekarang!!!”

“lagian nunggu paket kiriman tuan Reinier lama sekali!”

“iya deh! Jangan bawel!’

Ingin teriak-teriakan tapi takut dicurigai tetangga. Sungguh 2 hari ini saja walaupun cuman 2 hari banyak gossip beredar di tetangga-tetanggaku. ‘itu cewe siapa yah’ atau ‘Wah, si Zul kok masih muda udah kumpul kebo’. Bahkan sepertinya aku yang diomongkan ini lebih tenar daripada politikus korup yang gembor-gembor di tipi saat ini.

*Ding Dong!

Suara bel rumah berbunyi sepertinya ada seseorang yang datang. Tokiko pun berdiri dengan riang langsung membuka pintu rumah. Namun setelah dibuka yang datang ternyata tukang pos dengan pakaiannya yang berwarna orange.

“ya pak! sebentar” aku berlari dari dapur ke depan pintu rumah. Tokiko yang tadinya senang menjadi keki karena tahu kalau yang datang itu pak pos.

“Tanda tangan disini.. dan disini.. ”

“Oh ya.. ini.. dan ini.. terima kasih pak pos!”

Pak pos menyerahkan kotak bingkisan yang besar itu padaku dan langsung pergi. Aku letakkan bingkisan besar itu ke atas meja tamu.

“Hmmph… ”

“Hei kenapa kau? Hah?”

“Apa kau tidak curiga? Tidak ada pengirimnya loh ini, cuman sebongkah kotak kardus besar, bisa jadi isinya bom… ”

Hah? Sejak kapan gadis kecil ini mempunyai fantasi yang tinggi. Ya memang sih sedikit mencurigakan tapi gak mungkin teroris iseng ngebom satu rumah di satu kelurahan yang mungkin orang di Negara ini gak kenal.

“Hebat sekali.. fantasimu itu.. ”

“Wee.. kamu.. huh.. awas yah kalau dibuka!”

“Buka ah!”

“Kyaaaa~”

Yah cepat atau lambat bingkisan itu yang ditujukan untukku harus cepat-cepat dibuka. Kalau tidak,  bisa-bisa aku penasaran. Makanya akhirnya terbukalah sudah bingkisan mencurigakan ini.

Sret sret sret.. Ternyata didalam kardus terdapat kardus lagi. Sepertinya orang ini benar-benar sengaja mempermainkanku. memang sih memasukkan kardus ke dalam kardus seperti boneka matryoshka berguna untuk mengamankan barang yang mudah pecah belah namun ini seperti mempermainkanku Sudah 8 kardus terbuka lalu terlihat kotak putih yang aku bingung cara membukannya bagaimana

“wah!”

“wah kenapa? Bom yah!?” teriak Tokiko

Kukeluarkan si kotak putih kecil misterius itu dari dalam box kardus berlapis 8 dan mennyerahkanya ke Tokiko.

“kau tau ini? Sepertinya ini barang untukmu deh cuman ditujukannya padaku. ”

“Ah ini! Misterius box! Aku gak tau…”

Aduh, bagiku masalah misteri box ini menambah panjang rentetan masalah selama ini. Aku pun garuk-garuk kepala, bener-bener bikin pusing. Huh, sepertinya ada sesuatu lagi didalam box ini.

Ternyata ada surat dan cover surat itu tertuliskan huruf R yang besar.  Dan dibawah surat itu ada lagi sebuah lembaran sepertinya sih manual untuk membuka misterius box.  Masalah ini tidak terlalu lama menjadi misteri rupanya

“Hoi! Ini ada manualnya! Bacalah! ”

“Huh?”

Tokiko mengambil manualnya dari tanganku dia pun menggesekan gelangnya sepanjang garis yang ada di manual tersebut.

“Sepertinya itu ritual untuk membuka segel dari manual tersebut ya?“

“Ya seperti itu… privasi yang sangat ketat membuat agar sesuatu tidak dapat dibaca oleh orang lain dari waktu kapan pun karena akan mengganggu keseimbangan aliran waktu”

“Oh.. ”

“Cuman oh?”

“emang maunya paa lagi? Oh oh oh.. “

“Huh.. aku baca manualnya dulu deh.. ”

Sementara dia membaca manual aku membuka surat bertuliskan R diamplop suratnya.

“hei..hei surat ini aku buka yah?”

“Buka saja.. kalau surat pakai amplop seperti itu sih gak begitu pengaruh…”

Wanita ini bodoh atau terlalu pintar? Bukankah walaupun cuman tulisan bisa jadi kejadian seperti Information Paradox terjadi. Loh kenapa tiba-tiba aku tau paradox tentang time travel seperti ini? Ah ini pasti gara-gara kemarin teman di kelas presentasi tentang mesin waktu. Rasanya jadi ingin kasih tahu temanku tapi gak enak juga. nanti berpengaruh ke aliran waktu. Loh sejak kapan aku berpikiran tentang aliran waktu. Ini pasti karena pengaruh si Tokiko itu. Dasar time travel.

Yup amplop terbuka dan isinya…. Dua buah kertas bertuliskan surat dalam bahasa Inggris dan satu surat berbahasa Indonesia…

APA!

Bahasa Indonesia! Yang benar saja!? Sulit dipercaya ada orang yang menulis bahasa Indonesia di masa depan. Yang aku tahu dari percakapan 2 hari yang lalu dengan Tokiko di masa depan mungkin saja bisa baca tulisan lain dengan memakai Global Translator Lens atau Glasses tapi jarang atau sulit mencari orang yang bisa menulis bahasa lain apalagi bahasa Indonesia seperti ini. Sulit seepertinya, ataukah surat yang ini dari orang di masa kini. Sungguh complicated.

“Hei Tokiko.. aku baca lembaran kertas ini yah?”

“baca saja..”
Sepertinya tokiko masih sibuk membaca manual tersebut.

“Oke! Ku baca yah!”

            Pergilah ke kota tua Jakarta kota
            Lalu pergilah ke January, 12 2009
Amati keadaan yang ada disitu
            Lakukan sesuatu bila diperlukan.


Hoo, ternyata surat singkat toh. Seperti memo dan bukan surat yang formal. Yang tersisa tinggal 1 surat berbahasa Inggris. Tulisannya sama dengan memo tadi, jadi penasaran namun aku tanya saja dia dulu.

“Eh yang satu ini kubaca juga yah?”

“Bahasa Inggris? ”

“Ya, yang berbahasa Inggris”
           
“Tidak usah! Sini biar ku baca”

Tokiko meletakkan manual itu diatas meja lalu merebut lembaran kertas berbahasa inggris dan membacanya.

“Sepertinya yang itu special untuk mu deh…”

Tokiko membaca surat tersebut, namun karenapenasaran aku pun berdiri didekatnya ikut melihat dan membaca surat tersebut.

Hmm.. sekira-kiranya suratnya berisi seperti ini deh.

            Hai Toki-chan!! Bagaimana dengan anak bau itu? Baik-baikkan kalian berdua? Tugasmu yang sekarang cukup mengamati si anak bau itu sampai nanti aku kasih surat kalau tugasmu dah selesai .Oh iya baca manual EXfT-01 yah! Itu TSDI baru yang memiliki kemampuan seperti Flow Detector, AGE, Global Translator Complete dan lain-lain!
Baca saja manualnya yah! Temuan baru loh! Dah!!

Salam Reinier

Rupanya bukan surat yang formal juga. Selesai membaca wajah Tokiko memerah sedikit lalu kegirangan loncat-loncatan seperti anak tk yang dapat hadiah special dari seseorang. Melihatnya seperti ingin tertawa tapi sedikit jengkel juga.

“yayy!! Tuan Reinier! Terima Kasih! Dengan ini aku bisa pulang! Dan aku gak mau ngamatin kamu! Aku mau pulang !! yay!”

“Serah deh.. bagus juga…”

Dia langsung memakai benda yang disebut EXfT-01 setelah baca manual pada tangannya lalu benda itu melekat erat seperti sebuah gelang menggantikan gelang yang dia pakai.

“Waw!! Keren!!” katanya kegirangan

“Eh!... ada P,S-nya tuh, ‘Maaf yah Tokichan untuk sementara kau tidak bisa kembali ke masa depan sampai AGE menunjukan 2 minggu dari sekarang’ begitu katanya…”

“A-APA!!!”

Yang tadinya loncat-loncat kegirangan sekrang diam terpaku dengan wajah yang nohope

“Mou! Kenapa begini sih jadinya!” sekarang dia cemberut dengan wajah yang sebal.

“Yah, apa boleh buat, lagian masih ada tugas dari surat yang ini ”

“Tugas??... Weee… yasudah ayo kita kerjakan tugasnya! Aku bosan tau 2 hari diam saja!”

“Baiklah.. aku ganti baju dulu.. kau juga.. ayo kita pergi ke kota tua!”

Kami berdua kembali ke kamar masing-masing untuk mengganti pakaian. Setelah kami berdua ganti pakaian kami pun bersiap untuk pergi. Aku pun memanaskan motor Sup** Fi* tahun 2006 milikku.

“Naik motor itu?”

“ya… memangnya kamu mau naik angkutan umum yang sempit dan penuh penumpang? Dan berhenti dimana saja sesukanya?”

“Huh.. dasar primitif . . .”

“Dasar terlalu manusia yang terlalu maju.. nih pakai helmnya.. ”

Tokiko memakai helm yang kuberikan. Melihatnya pakai helm itu sangat lucu sekali. Seperti istilah ikan teri pakai helm dan membuatnya terlihat seperti alien kecil dengan helm seperti alien.

“Hmmphh..”

“Kenapa kau! Cepat jalan!” dia naik duduk di belakangku. “jangan ngebut yah!”

Kami pun pergi ke stasiun bogor dengan kecepatan penuh. Wajahnya tokiko sedikit pucat karena kupacu motorku dengan kencang lalu sesampainya ditempat parker dia marah-marah dan bawel aku tarik saja tangannya.

Tiba diloket kami pun membeli 2 tiket kereta commuter line dan menuju kereta ac yang berada di peron no 3. melihat setasiun ini jadi kepikiran hal yang terjadi 2 hari yang lalu. Sudahlah kali ini sepertinya aku akan merasakannya lagi.

“Hei, lama sekali.. Ayo cepat!!”

Nampaknya aku seperti melihat anak sd yang lagi mengajak temannya naik ke bus study tour

“ya! ”

Kami mengambil duduk di pinggir dekat pintu, sambil duduk dia melihat kiri dan kanan dan kiri dan kanan.

”Wah jadi ini yah kereta di jaman dulu.. sungguh primitive yah..”

“Kau yang terlalu futuristik…”

“We~… eh-eh kok kereta jelek itu duluan sih yang berangkat? ”

“Memangnya kamu mau naik yang itu?”

“Gak sih.. ”

“Ya udah, jangan bawel duduk aja…”

*Jalur 3, Jalur 3 kereta Commuter Line tujuan Jakarta Kota segera diberangkatkan*

Akhirnya kereta yang kami tumpangi berangkat menuju stasiun Jakarta Kota. ditengah perjalanan Tokiko tertidur kepalanya pun bersandar dibahuku sungguh mengganggu, tapi melihatnya benar-benar lucu.

Setelah 1 jam perjalanan akhirnya kami pun sampai ke stasiun tujuan. Waktu menunjukkan pukul 12.00AM. Aku pun membangunkan Tokiko yang nyenyak tidur.

“Hoi! Bangun!”

“Huh? Dah sampe yah?”

Dia yang kalau bahasa sundanya lulunguh(setengah bangun setengah tidur sambil ngelindur) mengucek-ngucek matanya yang sayu itu, dan air liurnya pun masih menetes di mulutnya.

“Errghh.. kau jorok.. sudahlah. Ayo bangun, kita pergi ke kota tua.. ”

“Eh? Memangnya belum sampai?”

“Jalan sedikit sudah sampai! Gak terlalu panjang kok.”

“Oh aku mengerti.. ayo.. ”

Tokiko berjalan sambil ngelindur. Tidur jam berapa dia. Karena takut terjatuh jadi kupegang saja tangannya sambil ku giring

“Ayo..”

Seperti yang diperkirakan, kota Jakarta, baru saja keluar dari stasiun Jakarta kota sudah disambut debu, polusi dan asap dari knalpot bajai dan bemo. So crowdy here!. Kami menyebrang jalan lewat terowongan bawah tanah yang bersatu dengan halte busway.
Keluar dari terowongan naik kepermukaan belok ke kanan melewati museum bank dan tiba lah kami berdua di kawasan wisata kota tua Jakarta Kota.  

“Hoi.. sudah sampai nih..”

“Oh,, sudah sampai yah..  Waw..”

Sepertinya Tokiko kagum melihat bangunan-bangunan tua peninggalan belanda yang artistik.

“Waw.. bagus juga yah… ”

“Hehe.. tidak semuanya primitif itu jelek, banyak dari mereka yang artistik. Kebanyakan benda-benda yang sekarang itu cenderung simple dan terlihat futuristic tidak melihat seni artistiknya”

“Sudah-sudah.. aku gk mau denger ceramahmu..”

“Errghh.. ya sudah, kalau di dalam surat ini kita disuruh ke amati keadaan di sekitar tepatnya di lapangan depan museum fatahillah… “

“Museum Fathillah?”

“yup. Berarti tinggal jalan lurus kedepan sih… ”

“Oke!!”

Kami berdua berjalan lurus ke arah lapangan museum Fatahillah. Berjalan di jalan yang kiri kanannya bangunan tua bekas belanda membuat serasa kembali ke masa lalu. Sesampainya di pinggir lapangan depan museum banyak sekali orang yang berekreasi, lapangan ini penuh dengan orang-orang yang bermain sepeda, foto-foto, berlari-larian dan aneka pedagang dengan barang dagaangannya yang bermacam-macam.

“waw.. ramai sekali! Seperti pasar saja!”

“Hah? Memangnya orang futuristik seperti kamu pernah ke pasar? Lagian di masa depan emangnya ada pasar?”

“A-aku pernah kok ke pasar, waktu kecil diajak time travel ayah ku..”

“Ayahmu unik yah.. ngajak time travel ke pasar.. ”

“terserah dia dong!... Nah sekarang cari tempat sepi.. kita pergi ke 12 Januari 2009”

Dia memegang pergelangan lengan ku dan digiringnya diriku ke tempat yang sepi. Wah! Bisa gawat kalau seseorang salah mengartikan kalimat ini. Kemudian aku pun memberi saran

“Bagaimana kalau kita ke dalam museum saja?”

“Bodoh! Tempat penuh seperti itu nanti orang-orang akan heran!!”

“Aku tahu tempat yang bagus… ”

“ehhh??”

Sekarang terbalik aku yang memegang pergelangan lengannya dan membawanya ketempat yang ku tuju yaitu bekas penjara di bawah museum yang terkadang sepi sebelumnya bayar masuk karcis dulu 2000 rupiah/orang.

“Disini?”

“Ughh.. tempatnya.. yasudah.. siap yah!.. ”

“oke!”

“Aku atur tanggalnya dan waktunya.. 12 Januari 2009, pukul 09.00AM yah!”

“Lebih pagi lebih baik.. biar kita bisa mengamati keadaan’

“Kalau begitu genggam tanganku dan pejamkan matamu!”

“oke” aku turuti perintahnya untuk menggenggam tangannya dan memejamkan mata.

“Yap.. sudah tiba.. ”

Hah? Sudah selesai? Singkat sekali ternyata cuman memejamkan mata dan phew~ sudah sampai waktu tujuan. Seperti yang diperkirakan, hebat sekali para time traveler eh maksudnya orang di masa depan.

“sudah sampe nih?”

“oke! Mari kita keluar hei!”

“Hei-hei tunggu dulu! Hei! ”

Untungnya saat pergi ke waktu ini tempatnya lagi sepi dan lagi sepi-sepinya. Tapi sialnya dia pergi duluan. Anak ini harus diawasi.

“Hei-hei!.. ”

“Hoi.. kita berpencar! Aku di dalam museum dan kau diluar museum! Ayo kita cari keanehan yang terjadi!”

Ugh.. yang bisa kulakukan hanyalah menempelkan telapakan tanganku di muka sambil geleng-geleng kepala lalu ku turuti apa maunya. Entah kenapa aku juga heran kenapa aku menuruti perintahnya dan melakukan semua ini. Apa yang menggerakkan pergerakan tubuhku dan pikiranku. Entahlah.

Aku pun berjalan ke lantai atas museum berjalan di lantai 2 museum sambil melihat barang-barang dan benda-benda yang antik dan bersejarah. Di bagian jendela lantai dua kau melihat si gadis berambut ungu itu lari-larian entah apa yang dia cari. Dan sebenarnya aku juga gak tau apa yang sedang kami cari.

Kami pun bergantian tempat untuk mencari namun hasilnya nihil. Setelah dua jam berlalu kami memutuskan untuk istirahat sebentar. Yah tepat pukul 11.00AM kami duduk-duduk diatas beton berbentuk bola yang besar dan berat sambil makan es goyang.

“Hei.. es ini enak yah..”

“ya.. benar... oh iya, ngomong-ngomong kau tahu alasan kita kesini dan ke waktu ini?”

“Kalau boleh jujur sih.. aku gak tahu.. tapi ini tugas dari tuan Reinier, dia atasanku jadi aku akan melakukannya…”

“begitu toh.. jadi karena dia atasanmu kau akan menurutinya?”

“ya..”

“Hmm.. jadi kalau misalnya orang itu atau pedagang itu atau aku atasanmu kau akan menurutinya?”

“Tidak!”

“Oh.. jadi.. kalau tuan Reinier yang suruh kau mau melakukan apapun?”

“Bo-bodoh! Jangan berkata demikian.. aku tidak melakukannya demi tuan Reinier atau atasanku.. atau apapun.. ini kemauan ku sendiri.. ”

Dia berteriak dengan kencang dan lagi-lagi marah kepadaku. Mungkin salahku juga sih tanya macam-macam. Namun yah aku juga penasaran kenapa kita disuruh kesini.

“Tatapan yang aneh.. ”

“Di-diam!”

“Yah nikmati dulu sajalah es ini.. baru kita cari lagi.”

Selang lima menit dari pembicaraan yang kulakukan dengan Tokiko. Kami berdua melihat seseorang laki-laki berkemeja belang-belang yang sedang berjalan ke tengah lapangan museum dan tiba-tiba dia jatuh.

“Wah ada orang jatuh..” tunjuk Tokiko

“Jangan diliatin kasian tahu…”

Tiba-tiba Tokiko kaget “Loh.. dia.. berdarah… ”

“Paling juga kena batu…”

“Bukan! lihat!” Tokiko menarik kemejaku menyuruhku lihat sambil berdiri

“Lihat itu!! ”

Sungguh aku tak percaya,  tidak mungkin seseorang kena batu sampai berdarah seperti itu aku seperti melihat pembunuhan di depan mataku. Tidak ada waktu beberapa detik bajunya sudah dilumuri oleh darah. Apa yang terjadi ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar